
Saya senang bersahabat dan suka perdamaian. Moto hidup :" Jika kau mati tak meninggalkan apa-apa, maka buat apa kau dilahirkan?"
OPINI | 01 April 2012 | 10:45
Dibaca: 0
Komentar: 0
Nihil Polwan sedang melaporkan jalannya demonstrasi di DPR. Sumber: merdeka.com
Dibaca: 0
Komentar: 0 Source:
Kekuasaan ternyata membuat orang tersandera, tak bebas berbuat seperti yang dikehendakinya, lihat saja SBY… “babak belur” di hantam massa rakyat. Sehingga akhirnya apa yang direncakan pun di tunda, mau tak mau harus “mengalah” demi kepentingan rayat banyak. Wah di jaman Orba tak bisa begitu, tak bisa rakyat protes, tak bisa mahasiswa demo, yang demo tak ada kompromi, sikat dan tangkap, jika perlu balik tinggal nama! Makanya di jaman Orba ada pendemo yang “lenyap” entah kemana.
Dan SBY jadi “salah tingkah” atau seperti makan buah “simalakama”, BBM tak dinaikan katanya APBN akan jebol, BBM dinaikan rakyat tambah semngsara. BBM dinaikan dicurigai pihak lawan sebagai “akala-akalan” untuk menghadapi Pilpres 2014 mendatang, BBM tak dinaikan membebani APBN, karena subsidi membengkak akibat kenaikan harga minyak dunia. Apa lagi kalau BBM diturunkan harganya, wah bisa “babak belur” APBN, padahal bila BBM di turunkan sangat membantu rakyat, namun subsidi bisa memakan separoh APBN. Langkah yang ketiga tak mungkin dilaksanakan.
Maka ketika SBY menyampaikan pidato dalam rangka menjelaskan hasil sidang paripurna DPR, SBY sangat hati-hati, seakan-akan SBY sedang memegang “bola panas” namun tetap tenang, tapi ketengannya tak bisa menutup kegusarannya dan terbukti di tengah jalan saat berpidato SBY terlihat panik walau sebentar, mengapa? Ada halam 14 belas yang entah kemana, mungkin keselip, dan SBY sambil tetap berpidato mencari halaman 14 tersebut, sebuah “tontonan” yang bisa saja membuat malu, mungkin baru pertama kali SBY berpidato sebagai kepala negara, sampai-sampai ada halaman yang keselip atau hilang, entahlah Saya tak tahu.
Betapa menunjukkan suasana hati yang galau, …. jangan-jangan sebelum pidato ketika rapat di jajaran kabinetnya SBY marah-marah atau apa, entahlah Saya juga tak tahu. Mengapa? Lagi-lagi karena masalah BBM, menaikan BBM tak semudah yang dilakukan di negara-negara lain, ya karena memang situasi dan kondisinya lain. Seperti di Rusia misalnya, naiknya harga-harga tiap tahun, ya biasa saja.
Demonstrasi dengan membakar aset negara pada dasarnya mengambil uang rakyat! Sumber: lingkarberita.com
Naiknya harga minyak di Rusia mengikuti perkebangan naikknya harga minyak dunia, mau naik berapa saja, ya naik saja, tak ada demo-demoan, tapi memang BBM di Rusia dalam hal ini, bensin, tak ada masalah, karena memang daya beli masyarakatnya tinggi, sedangkan di Indonesia sebaliknya, yang menikmati subsidi bukan rakyat, tapi orang-orang kaya! Bukti nyata.. yang punya mobil satu, dua sampai tiga mobil di rumahnya, siapa lagi kalau bukan orang kaya. Sedangkan rakyat hanya menggunakan minyak tanah, dan yang sekarang berusaha dikonversikan ke gas, namun karena konversi tak berjalan mulus, maka lagi-lagi nasib rakyat yang menjajdi bulan-bulanan kebijakan pemerintah.
Nah kebijakan yang amburadul itu telah menjadi “santapan empuk” bagi lawan-lawan politiknya SBY dan rupanya partainya era orde baru, golkar, akan bangkit kembali, bila itu terjadi Anda bisa melihat siapa orang-orang yang berada di belakangnya. Politik memang membuat orang menjadi haus kekuasaan, karena memang tujuan berpolitik adalah menggapai kekuasaan dan setelah berkuasa dipertahankan, agar kekuasaan yang dipegangnya tetap ada padanya, tak mau turun dan tak mau diturunkan, kalau tak dibatasi Undang-Undang siapapun yang berkuasa cenderung ingin berada pada tampuk kekuasaannya, untuk selama-lamanya! Dan kalau sudah begitu, maka kecenderungannya adalah korupsi.
Jarang ada orang yang sedang berkuasa, ingin turun dari kekuasaan, siapapun dia orangnya, termasuk SBY. Sama saja manusia di mana-mana, ingat kasus Putin di Rusia. Dua kali menjabat presiden Rusia, turun sebentar dalam satu masa jabatan menjadi Perdana Menteri, dan hasil pemilu Maret 2012 lalu kembali terpilih menjadi presiden, tentunya dengan cara-cara yang biasa dilakukan oleh para olitikus dimanapun di dunia, itulah pentingnya pembatasan kekusaan melalui Undang-Undang, namun ternyata Undang-Undangpun bisa “diakalin” agar kekuasaan tetap ditangan penguasa tersebut.
Kalau tidak dirinya yang berkuasa, paling tidak anak-anaknya atau partainya, karena dengan demikian apa bila ada kasus yang terjadi dalam pemerintahan selama berkuasa, kasus tersebut bisa dipetieskan dengan seribu satu macam alasan dan setelah itu dilupakan masyarakat. Kekuasaan memang sering membuat orang mabuk, mabuk karena kekuasaan biasanya memakan banyak korban, kalau mabuk karena minuman mungkin yang terkena diri sendiri, tapi mabuk kekuasaan memakan harta rakyat yang tak kira-kira.
Silahkan berdemo membela rakyat, tapi jangan ambil uang rakyat! Sumber: republika.com
Apa hikmah yang dapat ditarik setelah membaca uraian di atas?
1. Jangan takut salah, kesalahan adalah manusiawi! Coba saja Anda lihat, berapa banyak kesalahan yang sengaja atau tak sengaja yang dibuat oleh para politikus-politikus di pentas nasional kita. Terakhir ya kesalahan SBY saat pidato semalam. Bayangkan pada tingkat pidato kenegaraan saja, yang mestinya diteliti sedemikian rupa, entah oleh ajudannya atau team penulisnnya, bisa keselip, hilang atau tercecer! Kasus halaman 14 bisa dijadikan pelajaran, bahwa manusia itu memang tempatnya kekhilafan dan kesalahan, siapapun orangnya, termasuk penulis, karena memang tak ada manusia yang sempurna, kecuali para utusanNya.
2. Kekuasaan harus diawasi oleh rakyat, rakyat harus mengawal para penguasa! Pengawasan oleh DPR pusat atau daerah tidak efektif, karena sering kali antara penguasa dan DPR, baik di tingkat pusat maupun daerah “main mata” sehingga terjadi money politic tingkat tinggi, yang dimainkan oleh mereka-mereka itu! Yang jelas-jelas merugikan rakyat banyak. Sehingga yang terjadi adalah sesama rakyat kecil, saat terjadi demonstrasi, polisi dan mahasiswa saling adu mulut dan adu kekuatan, yang pada akhirnya jatuh korban diantara kedua pihak, sedangkan yang menjadi anggota DPR yang berada di dalam ruang ber AC sambil terkantuk-kantuk ataupun sambil tertawa-tawa.
3. Rakyat harus bersatu padu menyusun kekuatan, agar tidak menjadi pihak yang terus menerus menjadi “mainan” para politikus! Rakyat harus kuat, rakyat harus diberdayakan, rakyat harus diberikan motivasi yang tinggi dan harus diberikan kesadaran yang tinggi, bahwa kedaulatan itu ada di tangan rakyat, bukan ditangan penguasa. Rakyatlah sesungguhnya yang punya kekuasaan itu, rakyatlah yang punya kedaulatan itu, jangan dibalik! Jadi bukan penguasa yang punya kedaulatan! Rakyat bisa mengambil kedaulatan tersebut yang “dititipi” kepada pera pemimpin, dan pemimpin yang sedang berkuasa pada hakekanya adalah “pelayan” rakyat, jadi para pejabat itu adalah pelayan rakyat, melayani rakyat, bukan minta dilayani rakyat.
4. Harus ada pemimpin-pemimpin yang berani mengabil terobosan yang kuat, merakyat, berani, tegas dan jujur! Pemimpin yang kuat tak mudah dioambang ambingkan oleh para politikus, pemimpin yang kuat tak mudah gamang, pemimpin yang kuat tak mudah mengeluh, mengaduh dan mengadu pada rakyatnya. Pemimpin justru harus kuat dan menampakan kekuatannya pada rakyat, sehingga pemimpin tersebut dibanggakan rakyatnya dan diidolakan rakyatnya! Kalau pemimpinnya lemah, lalu gimana rakyatnya? Rakyat sudah dihimpit oleh tekanan ekonomi dengan naiknya harga-harga sebelum pengumuman resmi BBM akan dinaikan, yang ternyata kenaikannya di tunda, bukan dibatalkan!
5. Mahasiswa sebagai calon-calon pemimpin masa depan harus menujukan sebagi calon pemimpin yang berani karena benar, bukan asal demo, apa lagi demo yang anarkis! Karena demo yang anarkis pada hakekatnya merugikan rakyat yang dibelanya, karena pintu gerbang DPR yang dirubuhkan, kantor-kantor yang dihancurkan, sarana dan prasaran di buat porak poranda, bila diperbaiki itu menggunakan orang rakyat juga! Jadi membela rakyat tapi sekaligus mengambil uang rakyat! Suatu kedaan yang sangat ironis dan menyedihkan. Rakyat dibelanya, sekaligus diambil uangnya! Ironis bukan?
RSS Feed
Twitter
Facebook
0 comments:
Post a Comment